Berita kedatangan Abu Ubaidah
dengan sejumlah hartapun merebak dikalangan sahabat Anshar. Maka setelah
melakuakan sholat subuh bersama, Rasulullah berpaling kearah sahabat
yang sudah menunggu-nunggu. Melihat mereka Rasulullah tersenyum seraya
bersabda, "Saya kira kalian telah mendengar kedatangan Abu Ubaidah
dengan sesuatu dari Bahrain " Mereka menjawab " Benar ya Rasulullah ",
Rasulullah melanjutkan sabdanya, "Bergembiralah dengan apa yang kalian
senangi ( harta ). Demi Allah sesungguhnya bukan kekafiran yang aku
takutkan atas kalian, tetapi aku takut jika dunia dibukakan atas kalian
sebagaimana dibukakan atas ummat sebelum kamu lalu kalian berlomba-lomba
memperolehnya, sebagaimana orang-orang dahulu telah berlomba, lalu
dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana orang dahulu hancur
karenanya."
Dalam riwayat lain ( Targhib:5/144 ) Rasulullah
juga pernah bersabda, "Sesungguhnya fitnah kekayaan itu lebih aku takuti
atas kalian daripada fitnah kemiskinan. Kalian telah mendapati fitnah
kemiskinan dan kalian sabar, sedangkan (fitnah) dunia ini terasa manis
dan menyenangkan ."
Ketakutan fitnah dunia ini juga dirasakan
para sahabat. Salah satu dari mereka adalah Salman al Farisi. Suatu saat
Salman dikunjungi Sa`ad bin Abi Waqash lalu ia menangis. Sa`ad pun
berkata "Apa yang membuatmu menangis ?" Engkau telah bertemu dengan para
sahabatmu, dan akan mendatangi telaga Rasulullah dan beliaupun ridho
padamu saat akhir kehidupannya." Salman menjawab, "Aku menangis bukan
karena takut mati atau tamak dunia. Tetapi karena janji yang telah
Rasulullah ambil dari kita dengan sabda beliau," Hendaklah kalian
mengambil didunia seperti sekedar perbekalan seorang pengembara. "Dan
sekarang ini barang-barang dirumahku?."
Subhanallah Salman, Ya
Salman , padahal tiadalah barang dirumahmu kecuali ember tempat mencuci
pakaian yang tak seberapa harganya. Tetapi engkau begitu takut bila
telah jatuh dalam hidup berlebihan. Lalu bagaimana dengan kami ini ?
Rasanya kita memang perlu mengaca diri lagi tentang persepsi dunia ini.
Karena sadar atau tidak, sering kesedihan kita tak lain karena dunia
ini. Sementara bekal menghadap-Nya kadang luput dari perhatian kita.
Ketika harta menahan hati, kemudian terbayang rencana-rencana kesenangan
hingga lambat laun kecintaan dunia merayap memakan hatinya, ketika
tingkat nikmat terlalu tinggi dibiarkan, tidak sebanding syukur maka
yang ada masalah-masalah yang menghimpit, belum lagi dikurangi dosa
kesalahan yang menumpuk, membuat hati berkarat tidak sanggup berbuat
karena imannya dilemahkan bisikan syetan dengan angan-angan kosong,
padahal keyakinan dan janji Allah SWT patut didengarkan dibanding
konglomerat sekalipun, lim wie liong saja telah tiada, dan siapapun
penguasa dunia, Allah yg maha menentukan segala-Nya. Simak si ulat yang
dijamin rizkinya.
Suatu ketika Nabi sulaiman a.s melakukan
sholat ditepi pantai. USai sholat, beliau melihat ada seekor semut
sedang berjalan di atas air sambil membawa daun hijau. Beliau yang
mengerti bahasa binatang mendengar si semut memanggil-manggil si katak.
Tak berapa lama kemudian, lalu seekor katak muncul. Ada apa gerangan
dengan si katak itu sehingga si semut terus-menerus memanggilnya tadi ?
Nabi Sulaiman menyaksikan bahwa begitu si katak muncul, katak itu
langsung saja menggendong sang semut masuk ke dalam air menuju dasar
laut.
Ada apa di dasar laut ? Semut itu menceritakan kepada
Nabi Sulaiman a.s bahwa di sana ada berdiam seekor ulat. Sang ulat
menggantungkan rejekinya kepada si semut.
" Sehari dua kali
aku diantar oleh malaikat ke dasar laut untuk memberi makanan kepada
ulat itu ". Demikian si semut memberikan penjelasannya kepada Nabi
Sulaiman a.s. " Siapakah malaikat itu, hai semut ?" tanya Nabi Sulaiman
kepada si semut dengan penuh selidik. " Si katak sendiri. MAlaikat
menjelmakan dirinya menjadi katak yang kemudian mengantarkan aku menuju
dasar laut ".
Setiap selesai menerima kiriman daun hijau dan
melahapnya, si ulat tak lupa memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT, "
Maha Besar Allah yang men-takdir-kan aku hidup di dasar laut ". Dalam
mengakhiri ceritanya itu, Rasulullah SAW memberi pandangannya.
" Jika ulat saja yang hidupnya di dasar laut, Allah SWT masih tetap
memberinya makanan, maka apakah Allah SWT tega menelantarkan umat
Muhammad soal rejeki dan rakhmatnya ?"
dikutip dari
=Yusuf Mansyur Network=
FITNAH HARTA DAN KISAH REJEKI SEEKOR ULAT
Darus
Agustus 17, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar