darus.9981@ymail.com
الحمد
لله, الحمد لله الذى أنعم علينا بنعمة شهر رمضان, وكتب علينا الصيام وسيلة لدفع
السيئات والعصيان, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ شهادَةَ أدخرها ليوم الزحام, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الداعى بقوله وفعله إلى دار السلام. اللهمّ صَلّ وسّلِّمْ علَى
عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدِ وعَلى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ
وَمَصَابِيْحِ الظُّلاَمِ. أمَّا بعْدُ, فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهِ
تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ وَتَرْكِ الأَثَامِ تدخلوا جنة ربكم بسلام
Ayyuhal Hadhirun
Rahimakumullah
Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kita kepada Allah swt atas ni’mat Ramadhan. karena Ramadhan merupakan wahana perantara, sebagai media menjadikan kita seorang hamba yang bertaqwa. Alhamdulillah kita telah memasuki ke ….. hari Oleh karenanya mari kita optimalkan kesempatan ini dengan lebih baik lagi.
Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kita kepada Allah swt atas ni’mat Ramadhan. karena Ramadhan merupakan wahana perantara, sebagai media menjadikan kita seorang hamba yang bertaqwa. Alhamdulillah kita telah memasuki ke ….. hari Oleh karenanya mari kita optimalkan kesempatan ini dengan lebih baik lagi.
Sholawat dan Salam semuga terus dilimpahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, keluarganya, sahabatnya dan juga kepada umatnya
saya mewasiatkan Taqwa kepada hadirin sekalian
Hadirin Rohimakumulloh
Rukun Islam ada lima perkara. Membaca syahadat, mengerjakan shalat, membayar zakat, berpuasa dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Bila diperhatikan dengan seksama kelima rukun Islam tersebut bersifat positif (syatrul iktisab), kecuali puasa. Karena sesungguhnya perintah puasa adalah bersifat negative (syatrul ijtinab), yaitu perintah untuk meninggalkan sesuatu (makan, minum, menahan nafsu dan lain-lain). Artinya, apabila syahadat harus diucapkan, shalat harus dikerjakan, zakat harus ditunaikan, haji harus dilaksanakan, maka puasa harus menahan segala hal yang membatalkannya. Inilah satu keistimewaan ibadah puasa dibandingkan dengan ibadah lainnya.
Rukun Islam ada lima perkara. Membaca syahadat, mengerjakan shalat, membayar zakat, berpuasa dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Bila diperhatikan dengan seksama kelima rukun Islam tersebut bersifat positif (syatrul iktisab), kecuali puasa. Karena sesungguhnya perintah puasa adalah bersifat negative (syatrul ijtinab), yaitu perintah untuk meninggalkan sesuatu (makan, minum, menahan nafsu dan lain-lain). Artinya, apabila syahadat harus diucapkan, shalat harus dikerjakan, zakat harus ditunaikan, haji harus dilaksanakan, maka puasa harus menahan segala hal yang membatalkannya. Inilah satu keistimewaan ibadah puasa dibandingkan dengan ibadah lainnya.
Sesungguhnya
ibadah dalam konteks pencegahan jauh lebih berat dibandingkan dengan ibadah
yang bersifat melaksanakan. Menjadi pedagang adalah hal yang gampang, tetapi
berdagang tanpa unsur tipu dan bohong bukan pekerjaan yang gampang. Menjadi
pejabat adalah hal yang sulit, tetapi lebih sulit lagi menjadi pejabat yang
tidak korup. Berkumpul di majlis ta’lim untuk mengaji bukanlah hal yang berat,
tetapi berkumpul tanpa menggunjing adalah sesuatu yang berat.
Ingatkah kita para
hadirin, Bagaimana bahagianya kita ketika melihat anak kita berhasil berjalan
sendiri, setelah beberapa bulan belajar merangkak tertatih-tatih. Tetapi
setelah ia lancar berjalan, alangkah susahnya memperingatkan ia agar tidak
lari-larian di rumah dan di jalanan.
Semua itu
menunjukkan betapa sulitnya menghindar dari larangan dibandingkan dengan
melaksanakan perintah. Oleh karena itu dalam kitabnya Minhajul Abidin, Imam
Ghazali mengatakan bahwa:
إن العبادة شطران: شطرالاكتساب وشطر
الاجتناب. فالاكتساب فعل الطاعة والاجتناب الامتناع عن المعاصى والسيئات وهو
التقوى. وان شطر الاجتناب على كل حال أسلم وأصلح وأفضل وأشرف للعبد من شطر
الاكتساب.
Ada dua sisi dalam
ibadah. Pertama sisi pelaksanaan (syatrul iktisab), dan kedua sisi
larangan (syatrul ijtinab). Sisi pelaksanaan adalah melaksanakan berbagai
perintah Allah inilah makna tho’at. Sedangkan sisi larangan adalah
mencegah berbuat maksiat dan keburukan inilah arti taqwa. Sisi larangan ini
jauh lebih mulia, lebih utama, lebih baik dibandingkan dengan sisi pelaksanaan.
Oleh karena itu
Hadirin yang dimuliakan Allah swt. Puasa sebagai bentuk ibadah yang mengandung
syatrul ijtinab memiliki kemuliaan dan keistimewaan dibandingkan dengan ibadah
lain. Karena ibadah puasa didominasi dengan berbagai larangan. Larangan makan,
minum, nafsu dan lain sebagainya. Malah dengan bahasa Imam al-Ghazali puasa
dapat digolongkan sebagai ibadah tingkat tinggi. Hal ini wajar, karena
sesungguhnya puasa melatih seorang hamba mengendalikan musuh bebuyutan yaitu
nafsu.
Jika puasa hanya
menahan makan, minum dan tidak bersetubuh dengan lain jenis, maka itu seperti
puasanya burung dara. Burung dara yang kita masukkan ke dalam sangkar sendirian
tanpa makan dan minum dari fajar sampai menjelang malam, maka burung dara
itupun telah berpuasa. Apakah kita ingin kwalitas puasa kita seperti burung
dara, atau kambing misalkan. Tentu tidak.
Latihan
mengendalikan nafsu adalah latihan membersihkan hati dari berbagai penyakit.
Mulai dari iri, dengki, hasud, thoma’, ujub, riya’ dan sum’ah. Semua itu adanya
dalam hati, dan kita sebagai seorang hamba harus mebiasakan diri mengendalikan
mereka. Dengan bantuan perut lapar, haus, badan lemas dan mata terkekang.
Sungguh berat latihan ini akan tetapi jika berhasil, Allah telah menjanjikan
hadiah besar yang belum pernah terbayangkan.
Dalam riwayat Imam
Muslim disebutkan: "Setiap amal perbuatan anak Adam - yakni manusia itu,
yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya
sehingga tujuhratus kali lipatnya. "Allah Ta'ala berfirman:
"Melainkan puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku
akan memberikan balasannya. Orang yang berpuasa itu meninggalkan
kesyahwatannya, juga makanannya semata-mata karena ketaatannya pada perintahKu.
Seseorang yang berpuasa itu mempunyai dua macam kegembiraan, sekali kegembiraan
di waktu berbukanya dan sekali lagi kegembiraan di waktu menemui Tuhannya.
Niscayalah bau mulut orang yang berpuasa
itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi"
Dengan kata lain
Allah ingin menegaskan bahwa pahala puasa adalah urusan-Alloh, jadi tidak perlu
mengkhawatirkannya. Pahala puasa tidak dapat dibayangkan besarnya, jika shalat
jama’ah dilipatkan 27 kali, jika amal lain dilipatkan sekian ratus kali, khusus
untuk puasa Allah hanya akan memberikan sesuatu yang lain, yang jauh lebih
besar dari hitung-hitungan semcam itu.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Jika demikian puasa kita, maka benar apa yang dinyatakan al-Qur’an dalam surat al-Baqarah 183 bahwa tujuan puasa untuk menjadikan seorang hamba yang bertaqwa (la’allakum tattaqun).
Jika demikian puasa kita, maka benar apa yang dinyatakan al-Qur’an dalam surat al-Baqarah 183 bahwa tujuan puasa untuk menjadikan seorang hamba yang bertaqwa (la’allakum tattaqun).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
"Hai sekalian
orang yang beriman! Diwajibkanlah puasa atas engkau semua sebagaimana yang
diwajibkan atas orang-orang yang sebelum engkau semua itu, supaya engkau
menjadi orang yang bertaqwa”
kata taqwa itu
sendiri yang secara harfiah bermakna takut, lebih condong pada usaha pencegahan
diri dari melaksanakan berbagai larangan Allah. Berbeda dengan tha’at yang
memiliki arti keta’atan dan ketundukan menjalankan berbagai perintah-Nya.
Barang siapa yang
ingin bertaqwa kepada Allah swt, maka ia harus merasa takut akan neraka yang
disediakan oleh-Nya untuk para pendosa. Dan barang siapa yang takut kepada
ancaman siksa-Nya, secara otomatis ia akan menjauhi hal-hal yang dapat
menariknya ke neraka. Karena setiap mereka yang takut pasti akan lari menjauh,
dan siapa yang cinta pasti akan datang mendekat. Sebagai mana seorang yang
takut akan ular, pasti akan menghindari ular. Siapa yang takut dengan singa
pasti menjauh dari singa. Dan begitulah sebaliknya barang siapa yang mencintai
keluarganya, ia pasti ingin selalu dekat dengan keluarganya. Barang siapa
mencintai kekasihnya, tak mau ia jauh sedikitpun darinya. Demikian yang
dikatakan Dzunnun al-Misry
كل خائف هارب وكل راغب طالب
Siapa yang takut
pastilah akan menghindar, dan siapa yang cinta pasti akan mendekat
Akan tetapi,
Maasyiaral Muslimin Rahimakumullah
Anehnya banyak orang yang takut dengan neraka dan berbagai siksanya, tetapi ia malah semakin mendekatinya. Dengan melakukan berbagai laku maksiat dan dosa. Dan itu semua dilakukannya dengan penuh kesadaran. Begitu pula sebaliknya. Banyak orang mengaku mencintai Allah, tapi malah semakin menjauh dari-Nya. semoga kita semua tidak termasuk golongan yang demikian.
Anehnya banyak orang yang takut dengan neraka dan berbagai siksanya, tetapi ia malah semakin mendekatinya. Dengan melakukan berbagai laku maksiat dan dosa. Dan itu semua dilakukannya dengan penuh kesadaran. Begitu pula sebaliknya. Banyak orang mengaku mencintai Allah, tapi malah semakin menjauh dari-Nya. semoga kita semua tidak termasuk golongan yang demikian.
Oleh karena itu,
pada akhir khutbah kali ini khatib mengingatkan untuk diri sendiri dan juga
yang lain. Marilah kita bersama-sama memaknai ketaqwaan di bulan Ramadhan yang
masih tersisa ini dengan melatih diri mengendalikan nafsu. Semoga Allah
mempermudah latihan kita ini.
Ya Allah
sesunguhnya ampunanmu lebih kami andalkan dari pada amal-amal yang kami
lakukan, dan Rahmatmu jauh lebih luas dibandingkan dosa kami. Oleh karena itu
jikalau kami, hambamu ini belumlah pantas mengharapkan Rahmat-Mu. Namun karena ke
Agungan dan kebesaran-MU Rahmat-Mu sangat pantas sekali menghampiri kami,
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ
العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ
تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ
وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ
وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar