اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ
قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
allah telah
menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya, sebagaimana firman Allah ta’ala :
لَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. at-Tiin, 95:4)
Kepada manusia diberikan Allah
beberapa kebaikan diantaranya adalah akal fikiran dan nafsu. Berbeda dengan
malaikat yang diciptakan Allah tanpa memiliki nafsu. Namun demikian manusia
tidak boleh membunuh nafsu tapi harus dikendalikan.
Islam yang rohmatan Lil'alamiin. Islam
tidak membunuh nafsu melainkan menekankan pada para pemeluknya agar mengendalikan
nafsu sehingga tidak liar atau sembrono. Manusia yang dapat mengendalikan hawa
nafsunya, adalah manusia yang memiliki martabat yang tinggi dalam kehidupan
dunia dan akhirat. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: “beruntunglah
siapa yang menjadikan akalnya raja dan nafsunya budak, dan celakalah siapa yang
menjadikan nafsunya raja dan akalnya budak”. (al-Hadits)
Manusia yang dapat menjadikan akalnya
sebagai raja, dapat mengarahkan nafsunya sesuai keinginannya karena nafsunya
adalah budak dan harus turut apa kata akal. Lain halnya kalau nafsunya sebagai
budak dan nafsunya sebagai raja. Manakala nafsunya ingin ini itu akalnya tidak
bisa mengatakan tidak, atau jangan. Dan nafsu itu tidak pernah cenderung pada
keingin yang baik, akan tetapi selalu pada keinginan yang buruk dan jahat.
Firman Allah: “inna an-nafsa la’ammaratun bis-su’i”. Sesungguhnya nafsu
itu condong pada kejahatan.
Bahkan akal yang tidak bisa
diperintahkan oleh nafsu adalah akalnya para Nabi-nabi, sahabat-sahabat dan
ulama-ulama shalihin. Ketika akalnya memerintahkan untuk berpuasa, maka
nafsunya ikut puasa, ingin bangun malam maka nafsunya tidak bisa lagi enak-enak
tidur. Dan ketika akalnya ingin menjalankan sholat maka nafsunya segera
memikirkan jalan menuju ketempat whudu’.
Nafsu yang dapat dikendalikan itu
disebut nafsu al-mutmainnah yang bersemayam dihati para orang-orang shaleh dan
para ulama serta para Nabi. Siapa saja yang mendapatkannya maka selamatlah seumur
hidupnya dari segala perbuatan jahat dan mungkar.
Wallohu a'lam bisshowab...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar