Yang
dimaksud dengan sholat jama’ adalah menggabungkan 2 sholat dalam 1 waktu.
Sebagai contoh menggabungkan sholat Dhuhur dan Ashar, serta sholat Maghrib dan
Isya.
Dalil yang
digunakan adalah:
1) Dari Muadz bin Jabal bahwa Rasululloh SAW apabila beliau melakukan perjalanan sebelum matahari condong (masuk waktu sholat zuhur), maka beliau mengakhirkan sholat zuhur kemudian menjamaknya dengan sholat ashar pada waktu ashar, dan apabila beliau melakukan perjalanan sesudah matahari condong, beliau menjamak sholat zuhur dan ashar (pada waktu zuhur) baru kemudian beliau berangkat. Dan apabila beliau melakukan perjalanan sebelum magrib maka beliau mengakhirkan sholat magrib dan menjamaknya dengan sholat isya, dan jika beliau berangkat sesudah masuk waktu magrib,maka beliau menyegerakan sholat isya dan menjamaknya dengan sholat magrib. (Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).
1) Dari Muadz bin Jabal bahwa Rasululloh SAW apabila beliau melakukan perjalanan sebelum matahari condong (masuk waktu sholat zuhur), maka beliau mengakhirkan sholat zuhur kemudian menjamaknya dengan sholat ashar pada waktu ashar, dan apabila beliau melakukan perjalanan sesudah matahari condong, beliau menjamak sholat zuhur dan ashar (pada waktu zuhur) baru kemudian beliau berangkat. Dan apabila beliau melakukan perjalanan sebelum magrib maka beliau mengakhirkan sholat magrib dan menjamaknya dengan sholat isya, dan jika beliau berangkat sesudah masuk waktu magrib,maka beliau menyegerakan sholat isya dan menjamaknya dengan sholat magrib. (Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).
2)Rasululloh
SAW menjamak sholat magrib dan isya pada malam yang hujan. Dalil lainnya yaitu
salah satu perbuatan sahabat, dari Nafi’: bahwa Abdulloh Ibnu Umar sholat
bersama para umara (pemimpin) apabila para umara tersebut menjamak sholat
magrib dan isya pada waktu hujan. (HR Bukhori)
3) Rasululloh
SAW menjamak antara sholat zuhur dan ashar dan antara sholat magrib dan Isya
bukan karena rasa takut dan hujan. (HR Muslim)
4) Adalah
Rasululloh SAW dalam peperangan Tabuk, apabila hendak berangkat sebelum
tergelincir matahari, maka beliau mengakhirkan Dzuhur hingga beliau
mengumpulkannya dengan Ashar, lalu beliau melakukan dua shalat itu sekalian.
Dan apabila beliau hendak berangkat setelah tergelincir matahari, maka beliau
menyegerakan Ashar bersama Dzuhur dan melakukan shalat Dzuhur dan Ashar
sekalian. Kemudian beliau berjalan. Dan apabila beliau hendak berangkat sebelum
Maghrib maka beliau mengakhirkan Maghrib sehingga mengerjakan bersama Isya’,
dan apabila beliau berangkat setelah Maghrib maka beliau menyegerakan Isya’ dan
melakukan shalat Isya’ bersama Maghrib“. (HR Tirmidzi)
5) Dari
Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah menjama antara Zhuhur dan Ashar jika berada dalam
perjalanan, juga menjama antara Maghrib dan Isya. (HR Bukhari)
Ada beberapa
syarat melakukan sholat jama’, yaitu:
1. Bepergian jauh dan tujuannya bukan untuk bermaksiat.
2. Apabila melakukan sholat berjama’ah, maka imamnya harus musafir juga.
3. Karena sedang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat yang betul-betul sulit ditinggalkan. Misalnya seorang dokter yang mesti melakukan operasi.
1. Bepergian jauh dan tujuannya bukan untuk bermaksiat.
2. Apabila melakukan sholat berjama’ah, maka imamnya harus musafir juga.
3. Karena sedang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat yang betul-betul sulit ditinggalkan. Misalnya seorang dokter yang mesti melakukan operasi.
Ada 2 jenis
sholat jama’, yakni:
1. Jama’ Taqdim (ada juga yg menuliskan ta’dim, takdim, dst)
Jama’ taqdim adalah ‘menarik’ lebih awal waktu sholat. Jadi, apabila kita hendak bepergian yg kira2 cukup jauh di waktu Dhuhur, usai sholat Dhuhur kita lanjutkan dengan sholat Ashar. Hal yang sama berlaku untuk sholat Isya’, yang dilakukan di saat Magrib.
1. Jama’ Taqdim (ada juga yg menuliskan ta’dim, takdim, dst)
Jama’ taqdim adalah ‘menarik’ lebih awal waktu sholat. Jadi, apabila kita hendak bepergian yg kira2 cukup jauh di waktu Dhuhur, usai sholat Dhuhur kita lanjutkan dengan sholat Ashar. Hal yang sama berlaku untuk sholat Isya’, yang dilakukan di saat Magrib.
Yang tidak
diperbolehkan dijama’ taqdim adalah Dhuhur di waktu Subuh, ataupun Magrib di
waktu Ashar. Selain itu tidak boleh menjama’ Ashar dg sholat Jum’at (di hari
Jum’at).
Untuk
melaksanakan sholat jama’ taqdim, maka ada hal-hal yg mesti diperhatikan:
a. Kerjakan dulu sholat Dhuhur baru Ashar (atau Magrib dulu baru Isya).
b. Niat jama’ dilakukan saat hendak sholat Dhuhur atau Magrib. Dengan demikian, tidak sah jika niat jama’ dilakukan saat sholat Ashar atau Isya.
c. Dilakukan ‘menyambung’, dalam artian, tidak melakukan sholat sunnah setelah sholat Dhuhur atau Magrib.
a. Kerjakan dulu sholat Dhuhur baru Ashar (atau Magrib dulu baru Isya).
b. Niat jama’ dilakukan saat hendak sholat Dhuhur atau Magrib. Dengan demikian, tidak sah jika niat jama’ dilakukan saat sholat Ashar atau Isya.
c. Dilakukan ‘menyambung’, dalam artian, tidak melakukan sholat sunnah setelah sholat Dhuhur atau Magrib.
2. Jama’
Takhir (ada juga yg menulis ta’hir, taqhir, dst)
Jama’ takhir kebalikan dari poin 1. Dengan demikian, kita ‘mengulur’ sholat di waktu berikutnya. Berdasarkan poin 1, maka kita bisa simpulkan bahwa jama’ takhir itu berarti sholat Dhuhur & Ashar di waktu Ashar, dan sholat Maghrib & Isya di waktu Isya.
Jama’ takhir kebalikan dari poin 1. Dengan demikian, kita ‘mengulur’ sholat di waktu berikutnya. Berdasarkan poin 1, maka kita bisa simpulkan bahwa jama’ takhir itu berarti sholat Dhuhur & Ashar di waktu Ashar, dan sholat Maghrib & Isya di waktu Isya.
Hal yg tidak
diperbolehkan adalah Isya di saat Subuh dan Ashar di saat Maghrib.
Untuk
melaksanakan sholat jama’ takhir, maka ada hal-hal yg mesti diperhatikan:
a. Niat jama’ tetap dilakukan di saat sholat Dhuhur atau Magrib.
b. Kita masih berada dalam perjalanan pada saat Ashar atau Isya.
a. Niat jama’ tetap dilakukan di saat sholat Dhuhur atau Magrib.
b. Kita masih berada dalam perjalanan pada saat Ashar atau Isya.
Khusus untuk
sholat jama’ takhir, kita mesti mendahulukan waktu sholat yg terakhir. Sebagai
contoh, jika kita jama’ takhir Dhuhur dan Ashar, maka kita sholat Ashar dahulu
barulah sholat Dhuhur.
Tata cara
sholat jama’ sama dengan sholat biasa.
Sementara
itu, yang dimaksud dengan sholat qashar adalah menyingkat sholat. Sholat
yang bisa disingkat hanya sholat dengan jumlah raka’at 4, yakni Dhuhur, Ashar,
dan Isya. Sementara Magrib, terlebih lagi Subuh, tidak bisa disingkat.
Dalil-dalilnya:
1) “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar shalatmu jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (An Nisa 101).
1) “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar shalatmu jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (An Nisa 101).
2) “Saya
telah bertanya kepada Anas tentang mengqashar shalat. Jawabnya: Rasululloh SAW
apabila ia berjalan jauh 3 mil atau 33 farskah (25,92 km), maka beliau shalat
dua rakaat” (Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud dari Yahya bin Mazid r.a)
3) “Telah
berkata Ibnu Abbas: Rasululloh SAW pernah sembahyang jama’ antara Dhuhur dan
Ashar, dan antara Maghrib dan Isya, bukan diwaktu ketakutan dan bukan di dalam
pelayaran (safa). Lantas ada orang bertanya kepada Ibnu Abbas: mengapa Nabi SAW
berbuat begitu? Ia menjawab: Nabi SAW berbuat bgitu karena tidak mau
memberatkan seorangpun daripada umatnya”. (HR Imam Muslim)
4) Dari
Muhammad bin Ja’far : ” Telah bercerita kepadaku Syu’bah, dari Yahya bin Yazid
Al-Hanna’i yang menuturkan : “Aku bertanya kepada Anas bin Malik tentang
mengqashar shalat. Sedangkan aku pergi ke Kufah maka aku shalat dua raka’at
hingga aku kembali. Kemudian Anas berkata : “Artinya : Adalah Rasululloh SAW
manakala keluar sejauh tiga mil atau tiga farskah (Syu’bah ragu), dia
mengqashar shalat. (Dalam suatu riwayat) : Dia shalat dua rakaat”. (HR Imam
Ahmad (3/129) dan Al-Baihaqi (2/146).
5) Dari
Ya’la bin Umayyah bahwasanya dia bertanya kepada Umar ibnul Kaththab
–radhiallahu anhu tentang ayat ini seraya berkata: “Jika kamu takut di serang
orang-orang kafir”, padahal manusia telah aman ?!”. Sahabat Umar –radhiallahu
anhu menjawab: “Aku sempat heran seperti keherananmu itu lalu akupun bertanya
kepada Rasululloh SAW tentang hal itu dan beliau menjawab: “(Qashar itu) adalah
sedekah dari ALLOH SWT kepadamu, maka terimahlah sedekah ALLOH SWT tersebut.”
(HR. Muslim, Abu Dawud)
Untuk
melakukan sholat Qashar, maka kita mesti berniat untuk sholat Qashar. Karena
disingkat menjadi 2 raka’at, maka perlakuannya serupa dengan sholat Shubuh.
Selain itu
ada juga syarat-syarat yang mesti diperhatikan:
1. Orang yang melakukan qashar = musafir.
2. Seseorang dikatakan musafir jika menempuh lebih kurang 88 km (atau lebih). Di hadits lain disebutkan bahwa Rasululloh SAW jika bepergian lebih dari 15 km, beliau juga melakukan qashar, seperti hadits berikut,“Dari Yahya bin Yazid al-Hana?i berkata, saya bertanya pada Anas bin Malik tentang jarak shalat Qashar. Anas menjawab: “Adalah Rasululloh SAW jika keluar menempuh jarak 3 mil atau 3 farsakh beliau shalat dua rakaat.” (HR Muslim)
1. Orang yang melakukan qashar = musafir.
2. Seseorang dikatakan musafir jika menempuh lebih kurang 88 km (atau lebih). Di hadits lain disebutkan bahwa Rasululloh SAW jika bepergian lebih dari 15 km, beliau juga melakukan qashar, seperti hadits berikut,“Dari Yahya bin Yazid al-Hana?i berkata, saya bertanya pada Anas bin Malik tentang jarak shalat Qashar. Anas menjawab: “Adalah Rasululloh SAW jika keluar menempuh jarak 3 mil atau 3 farsakh beliau shalat dua rakaat.” (HR Muslim)
Pertanyaannya,
apakah boleh kita menggabungkan jama’ dan qashar?
Di dalam
bukunya, As-Shalah (hal 181), Prof.Dr. Abdullah Ath-Thayyar menyatakan bahwa
Rasululloh SAW pernah melakukan gabungan jama’ dan qashar sekaligus. Pendapat
ini juga merupakan fatwa para ulama termasuk syaikh Abdul Aziz bin Baz.
Semoga
bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar